Apa Bakat Saya?

Sumber gambar: halodoc.com

Bakat yang dimiliki setiap individu ketika lahir ke dunia ini mencakup keterampilan spesifik dan keunikan pribadi, demikian yang disampaikan oleh Aristoteles. Pertanyaan mengenai bakat seringkali menjadi puncak kekhawatiran bagi remaja, pemuda, dan bahkan orang dewasa. Data dari berbagai konselor menunjukkan bahwa kekhawatiran ini umumnya muncul terkait dengan dua aspek utama: masalah cinta dan pencarian identitas bakat.

Banyak individu merasa ragu mengenai kepemilikan bakat mereka. Beberapa bahkan menganggap diri mereka tidak memiliki bakat sama sekali, menganggap bahwa bakat hanya diberikan Tuhan kepada sejumlah orang terpilih, seperti penyanyi, musisi, seniman, politikus, ilmuwan, dan tokoh terkenal lainnya.

Kesimpulan negatif ini sering kali terbawa hingga usia tua, membuat seseorang gagal mengungkap dan memanfaatkan bakat bawaan mereka. Sebagai tanggapan terhadap realitas ini, Robin S. Sharma, seorang motivator, menyatakan bahwa sebagian besar manusia di berbagai belahan dunia mengalami ketidakpahaman mengenai bakat mereka. Sharma menyebutkan bahwa "sebagian besar manusia telah mati saat mencapai usia 20 tahun dan akan dikebumikan setelah mencapai usia 60 tahun."

Kematian yang dimaksud di sini adalah kematian dalam kehidupan, karena kebanyakan orang hidup tanpa mengetahui keunggulan atau bakat bawaan mereka. Tanpa kesadaran ini, mereka tidak mampu mengoptimalkan potensi mereka, sehingga mengalami "kematian" dalam hidup mereka. Sharma mengingatkan bahwa kita harus menghindari nasib ini.

Bakat, menurut pemikiran besar di balik penciptaan manusia, merupakan alat yang diciptakan Tuhan agar manusia dapat berprestasi, mengaktualisasikan diri, dan berperan dalam masyarakat. Sharma menyoroti bahwa untuk mencapai prestasi, keinginan saja tidak cukup; menemukan bidang atau peran yang sesuai dengan bakat adalah kunci utama. Keselarasan ini tidak hanya memberikan kepuasan batin, tetapi juga mempercepat kemajuan, seperti halnya biji tanaman yang tumbuh subur di tanah yang sesuai.

Dalam refleksi lebih mendalam, analogi tanah subur dan tandus menjadi kurang relevan, karena setiap individu memiliki potensi yang baik. Yang perlu dicari adalah tempat atau peran yang sesuai dengan bakat, sebagaimana dikatakan oleh Tony Buzan. Bakat, seperti pisau, perlu digunakan dengan tepat agar hasilnya optimal. Einstein dan John Dewey juga menegaskan bahwa menemukan bidang yang sesuai dengan minat dan bakat adalah kunci untuk menjalani hidup yang memuaskan dan bermakna.

Agar mengetahui bakat putra-putri kita sejak dini, yuk tes bakat Genetic Intelligence dengan STIFIn di RumahStifin.com Semarang, sehingga bisa mengarahkan dan mengoptimalkan potensinya dengan cara terbaik.

0 Komentar